Pesanggrahan Rejowinangun, Menyusuri Sejarah Kehidupan Yogyakarta
Jejak Masa Lampau: Pesanggrahan Rejowinangun, Menyusuri Sejarah Kehidupan Yogyakarta
Pesanggrahan Rejowinangun: Warisan Sejarah yang Terlupakan
Mengenal Yogyakarta, rasanya belum lengkap kalau belum melihat detail seluk-beluk kota pelajar ini. Sejarah mencatat bahwa dulu Yogyakarta merupakan pusat dari kerajaan Mataram. Tidak heran kalau di berbagai sudut Yogyakarta terdapat aneka peninggalan sejarah, mulai dari candi, benteng pertahanan, hingga pesanggrahan-pesanggrahan kuno.
Pesanggrahan Rejowinangun: Situs Warungboto
Salah satu tempat bersejarah yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas adalah Pesanggrahan Rejowinangun, atau dikenal juga dengan Situs Warungboto. Pesanggrahan ini terletak di perbatasan antara Kelurahan Rejowinangun (bisa juga ditulis Rejawinangun) di Kecamatan Kotagede, dan Kelurahan Warungboto di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Secara astronomi, tempat ini berada pada koordinat 7° 48’ 2” LS dan 110° 23’ 4” BT. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Jalan Veteran Yogyakarta membuat bangunan bersejarah ini mudah untuk dikunjungi.
Saat ini, sisa-sisa bangunan Pesanggrahan Rejowinangun hanya tinggal sebagian dan lebih dikenal dengan nama Umbul “Warung Bata”. Berdasarkan hasil identifikasi, pesanggrahan ini terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu. Seperti halnya Pesanggrahan Tamansari, Pesanggrahan Rejowinangun dikelilingi pagar tembok tebal yang di dalamnya terdapat bangunan pesanggrahan.
Arsitektur dan Struktur Pesanggrahan Rejowinangun
Pada masa kejayaannya, pesanggrahan ini dibangun pada sisi barat dan timur Sungai Gajah Wong dengan memanfaatkan undak-undakan (tangga) sungainya. Antara kompleks bangunan sisi timur dengan sisi barat sungai, terdapat sumbu imajiner yang menghubungkan keduanya.
Pesanggrahan Rejowinangun di Sisi Barat
Kompleks bangunan pesanggrahan di sisi barat Sungai Gajah Wong saat ini masih meninggalkan bukti fisik. Inilah yang kini sedang dipugar dan dikenal dengan Pesanggrahan Rejowinangun. Berdasarkan keterangan pada papan informasi, Pesanggrahan Rejawinangun di sisi barat Sungai Gajah Wong terdiri atas bangunan inti yang dikelilingi pagar serta terdapat ruang utama yang merupakan pusat kesakralan. Bangunan tersebut diduga sebagai pusat pengimaman. Selain itu, terdapat dua buah kolam yang berbentuk bulat dan segi empat. Keduanya berdinding bata dengan perekat dan lepa.
Kolam yang berbentuk bulat memiliki sumber air di bagian tengahnya, sementara kolam kedua berada di sebelah timurnya dengan sumber mata air dari kolam berbentuk bulat. Keduanya dikelilingi bangunan bertingkat dengan sejumlah ruangan berjendela besar. Selain itu, juga terdapat bangunan sayap utara dan selatan yang dirancang secara simetris, masing-masing memiliki kamar-kamar dan bangunan pendapa.
Pesanggrahan Rejowinangun di Sisi Timur
Berdasarkan keterangan dari papan informasi yang ada di lokasi, kompleks Pesanggrahan Rejowinangun di sisi timur Sungai Gajah Wong memiliki permukaan tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan pesanggrahan di sisi barat. Terdapat kolam berbentuk “U” yang dikelilingi dinding bata dengan ukuran panjang 6 m, tinggi 3 m, dan tebal 60 cm. Pada salah satu sudut kolam terdapat sisa pot bunga besar yang terbuat dari bata. Bagian utara dan selatan bangunan ini masing-masing memiliki patung manuk (burung) Beri. Hingga saat ini belum diketahui pasti pemanfaatan kompleks bangunan sisi timur ini. Namun, hingga tahun 1936 masih terlihat jelas bahwa kompleks bangunan sisi timur ini terbagi menjadi tiga kompleks yang membujur utara-selatan dengan pagar keliling serta dihubungkan oleh jalan berpagar lebar kurang lebih 30 meter.
Penelitian dan Pemeliharaan
Penelitian tentang pesanggrahan ini sudah lama dilakukan. Pada tahun 1936 hingga 1937, Oudheidkundle Dienst (OD) membuat peta rekontruksi serta mendokumentasikan dalam bentuk foto. Hasil dari OD ini kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan darurat pada tahun 1939 oleh Dienst der Zelbestuurweken to Jogjakarta (Dinas Pekerja Kotapraja). Lalu, pada tahun 1981, mulai dilakukan peninjauan kembali situs ini guna pemeliharaan dan perlindungan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta (sekarang BPCB DIY).
Rute Menuju Pesanggrahan
Menuju ke pesanggrahan ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi. Dari Balai Kota Yogyakarta, arahkan kendaraan ke Jalan Veteran. Situs Rejowinangun berada di sisi timur jalan. Nantinya akan terlihat papan nama “Situs Warungboto”. Masuk ke obyek wisata sejarah ini belum ada retribusi resmi, namun masyarakat sekitar sudah memberikan layanan parkir. Cukup dengan membayar 3000 rupiah, pengunjung sudah bisa menikmati keindahan pesanggrahan kuno ini.
Menjelajahi Situs Warungboto
Bagian depan pesanggrahan bukanlah yang berbatasan langsung dengan jalan raya, melainkan berbatasan dengan pemukiman penduduk. Untuk menuju bagian depan situs, pengunjung harus sedikit memutar. Dari papan nama bertuliskan “Situs Warungboto”, kurang lebih sekitar 50 meter ke arah selatan terdapat gang masuk ke timur. Masuk ke gang tersebut, kemudian kurang lebih 100 meter dari mulut gang, belok kiri. Ikuti jalan sampai terlihat bangunan kuno di sisi kiri jalan.
Bagi Anda yang tertarik untuk berkunjung ke pesanggrahan ini, jangan lupa untuk membawa kamera profesional. Sebab, tempat ini sangat Instagrammable. Tidak percaya? Buktikan sendiri!
Semoga artikel ini membantu Anda lebih mengenal Pesanggrahan Rejowinangun dan sejarah kehidupan Yogyakarta masa lampau!
Gabung dalam percakapan