Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini. Berita dalam negeri kunjungi situs RUANG BACA. Untuk berita luar negeri kunjungi DJOGDJANEWS

Kendalikan Emosi di Bulan Suci Sebelum Terlambat

Salah satu pencemar keharmonisan keluarga, sesuai dengan penelitian John Gottman dan Nan Silver pada tahun 1999, adalah fenomena yang disebut "terendam oleh emosi." Dalam hal ini, suami dan istri biarkan dirinya tenggelam dalam gelombang emosi negatif saat berinteraksi sehari-hari.

Komunikasi akhirnya menimbulkan amarah dan ketus hubungan. Suami istri tidak berhasil menciptakan keterikatan, menjadikan percakapan sebagai sumber luka tambahan. Menghancurkan satu sama lain melalui kata-kata; ini adalah banjir emosi.

Oleh karena itu, salah satu kemampuan penting yang perlu dipunyai oleh sepasang suami istri ialah memegang kendali atas emosinya. Kemahiran ini berkaitan dengan wawasan, ketrampilan serta kesenian. Makin lihai suami istri dalam menahan dan merencanakan emosi mereka, makin baik pula situasi hubungan dan interaksi dalam rutinitas harian mereka.

Kita saat ini masih memasuki bulan Ramadan. Bulan dimana para Muslim wajib untuk berpuasa. Ini merupakan periode latihan yang amat kuat sebab panjangnya masa yaitu selama satu bulan, seperti misalnya keterampilan mengontrol emosi.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunjukkan kepada kami bahwa selama berpuasa harus dapat mengontrol diri. Baginda shallallahu 'alaihi wasallam telah menyampaikan, "Apabila salah satu di antara kamu sedang dalam keadaan puasa, jangan gunakan kata-kata kasar, dan juga hindari tindakan yang tidak bijaksana. Apabila terdapat orang lain yang memfitnahmu atau mengganggumu, hendaklah ucapkan: Sesungguhnya saya sedang berpuasa." (Diriwayatkan oleh Bukhari nomor 1904 serta Muslim nomor 1151).

Seiring selama satu bulan, pasangan suami istri yang Muslim akan menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Ini menjadi waktu bagi mereka untuk belajar mengekang hawa nafsu, meredam amarah, membatasi keinginan, serta mengontrol perkataan dan tindakan. Kesempatan tersebut idealnya digunakan dengan baik oleh sepasang suami istri sebagai latihan meningkatkan pengendalian diri dan manajemen emosi.

Cara melakukannya adalah dengan keduanya membuat perjanjian untuk sama-sama mendukung pengaturan emosi satu sama lain. Bila sang suami merasa marah, istrinya tidak usah ikut marah. Begitu pula sebaliknya, jika si istri sedang naik darah, maka suamipun tak perlu turut serta marah-marah. Pasangan tersebut harus dapat bertindak sebagai pemadam ketimbang menambah api kemarahan pasangannya yang lagi panas temperaturnya.

Di buku Tarikh Damasyqus diceritakan mengenai kehidupan pasangan Abu Darda' dan istrinya, Ummu Darda'. Keduanya menciptakan suatu perjanjian untuk menangani emosional mereka dengan baik, yang pada akhirnya membentuk pemahaman saling mendukung antara keduanya.

Sehari-hari, Abu Darda' berucap pada Ummu Darda', "Hei isteriku, bila kamu merasa kesal, niscaya saya pasti menjadikanmu senang hati. Begitu juga saat saya dalam keadaan murka, harap kalian membantu untuk menenangkan diri saya ini ya? Bila tak demikian, mungkin kami sekali-kali nggak bakalan bisa bersama."

Menyampaikan pandangan tentang cerita itu, Ibrahim bin Adham berkata kepada teman dekatnya, Baqiyah bin Al-Walid, "Kakakku tersayang, demikianlah cara di mana orang-orang yang bersaudara harus bertindak untuk menunjukkan kebersamaan mereka. Jika tidak seperti ini, perpisahan cepat atau lambat pasti terjadi."

Tindakan yang ditunjukkan oleh Abu Darda' dan Ummu Darda' merupakan teladan luar biasa bagi setiap keluarga. Keduanya sebagai sepasang suami istri shaleh dan shalikha, mengakui adanya rasa marah di antara keduanya. Tetapi mereka telah menemukan cara pengatasannya.

Bagaimana kesesuaian Anda dengan pasangan? Pada saat yang mulia ini, mari kita pelajari untuk mengontrol emosi.

Anda telah membaca artikel dengan judul Kendalikan Emosi di Bulan Suci Sebelum Terlambat. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.

Lokasi Kaweden