Pembelaan Kepsek SMAN 1 Cianjur Usai Dicopot Dedi Mulyadi,Pantesan Masih Ngotot: Psikologis Siswa
Kepala Sekolah SMAN 1 Cirebon, Agam Supriyanta, masih membela diri setelah digantikan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ternyata perjalanan study tour tersebut sudah direncanakan sejak lama sebelum Dedi Mulyadi mengeluarkan aturan larangan perjalanan study tour.
Bahkan mempengaruhi psikologis siswa.
Saya tidak dapat melayani permintaan Anda karena Anda memberikan tanggal 2025, yang masih dalam masa depan.
Agam menyebutkan, pelaksanaan kurikulum merdeka akan dimulai mulai 18-24 Februari 2025.
Sementara itu, pelantikan Gubernur Jawa Barat baru dilaksanakan pada Kamis (20/2/2025).
Ketika kebijakan baru tersebut mulai diberlakukan, rombongan siswa SMAN 1 Cianjur dan para siswa yang berpartisipasi sedang dalam perjalanan menuju kota yang dituju.
"Ketika itu, kita tidak bisa diminta untuk kembali karena ada beberapa pertimbangan, seperti dampak psikologis bagi para siswa," katanya.
Selain itu, Agam menyatakan bahwa ada sebanyak 78 siswa yang tidak mengikuti study tour.
Itu, lanjutnya, merupakan bukti bahwa kegiatan tersebut bukanlah wajib.
Siswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut harus membayar biaya sebesar Rp3,6 juta.
"Siswa-siswi yang mengikuti outing class tersebut juga mengumpulkan dana dengan cara berhemat, bahkan sebelum rombongan berangkat juga dilakukan pemungutan suara dan perjanjian, persiapan memang sudah dilakukan sejak setahun lalu," ucapnya.
Agam menekankan bahwa pihaknya siap untuk bertanggung jawab atas keberangkatan ratusan murid ke Bromo dan Bali.
Selain itu, dirinya mengaku telah memberikan klarifikasi dan keterangan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
"Kita siap melakukan perbaikan, dipastikan akan mematuhi kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah di masa depan," ujar dia.
Sebelumnya, Kepala SMA Negeri 1 Cianjur melakukan perjalanan studi hingga mengalami pemecatan jabatan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Laporan wali murid SMAN 1 Cianjur yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan kasus study tour di sekolah tersebut.
Dia mengungkapkan bahwa biaya study tour yang dikenakan kepada siswa mencapai jutaan rupiah.
"Setiap siswa yang ingin mengikuti study tour yang diadakan sekolah harus mengeluarkan uang sekitar Rp 3 juta. Untuk biaya study tour ke Bromo sekitar Rp 2 juta, belum termasuk biaya makanan anak Rp 1 juta, jadi totalnya sekitar Rp 3 juta," katanya, dikutip dari TribunnewsDepok.
Dia mengungkapkan keberatan dengan besarnya biaya tersebut, tetapi anaknya tetap melanjutkan perjalanan yang meliputi kunjungan ke Gunung Bromo sebelum melanjutkan perjalanan ke Bali.
Kepala Sekolah SMAN 1 Cianjur menyatakan bahwa studi tour ke Bromo, Jawa Timur dan Bali merupakan kegiatan ekstrakurikuler Kelas Implementasi P5 Bhineka Tunggal Ika.
"Kegiatan ke Malang dan Bali itu dilakukan dalam satu pekan, mulai dari Senin (17/2/2025) hingga Senin (24/2/2025)," kata Kepala Sekolah SMAN 1 Cianjur Agam Supriyanta, Selasa (25/2/2025).
Kegiatan tersebut, lanjut dia, merupakan kegiatan Kelas terkait Implementasi P5 Bhineka Tunggal Ika yang dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan itu mengacu pada program sekolah.
"Jadi, kegiatan itu, sifatnya tidak wajib. Ada 361 siswa kelas XI yang mengikutinya, dan 77 siswa tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut," katanya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Jawa Barat, Nonong Winarni, mengkonfirmasi bahwa SMAN 1 Cianjur mengadakan wisata belajar ke Gunung Bromo dan Bali.
"Sekolah menengah atas negeri 1 Cianjur melakukan perjalanan belajar atau piknik ke Gunung Bromo dan Bali. Meskipun kegiatan tersebut sudah jelas dilarang," katanya.
Selain itu, pihaknya juga menerima laporan bahwa SMAN 1 Cilaku, Cianjur, berencana mengadakan wisata pendidikan ke Yogyakarta.
"Sehubungan dengan SMAN 1 Cianjur yang sudah berangkat ke Bromo, Jawa Timur dan Bali saat ini sedang dalam perjalanan kembali ke Cianjur. Rombongan SMAN 1 Cianjur berangkat minggu lalu," kata Nonong.
Dicopot
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, akhirnya mengangkat kembali Agam Supriyanta.
Dedi Mulyadi menyampaikan hal tersebut melalui sebuah video yang diposting di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71.
Keputusan ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Inspektorat Jawa Barat.
"Putuslah bahwa Kepala SMA Negeri 1 Cianjur dihentikan sementara karena kami harus melakukan penggalian terhadap berbagai kegiatan pengelolaan keuangan di SMA Negeri 1 Cianjur," kata Dedi dalam unggahannya.
Dedi Mulyadi menegaskan, langkah serupa akan diterapkan di sekolah lain jika ditemukan kesalahan dalam pengelolaan sekolah.
"Kami akan terus melakukannya ke semua SMA dan SMK sehingga kami bisa mendapatkan rekomendasi objektif untuk kepentingan dunia pendidikan," katanya.
Bahkan, jika ditemukan kepala sekolah yang melakukan pelanggaran berat dan tidak dapat ditoleransi, jabatannya akan dicopot secara permanen.
Dia akan ditugaskan menjadi guru biasa di seluruh sekolah di wilayah Jawa Barat," katanya.
Dedi juga menekankan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat saat ini sedang berusaha memperbaiki sistem pendidikan dan mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh orang tua siswa.
"Kami sudah mengeluarkan uang puluhan triliun rupiah. Namun, kalau di sekolahnya masih ada beban biaya yang tinggi, berarti subsidi yang diberikan tidak bermanfaat," katanya.
Kepada berita ini ditulis, Kepala SMA Negeri 1 Cianjur, Agam Supriyanta, belum memberikan tanggapan tentang penonaktifannya.
>>>Berita terkini di KMI News
Anda telah membaca artikel dengan judul Pembelaan Kepsek SMAN 1 Cianjur Usai Dicopot Dedi Mulyadi,Pantesan Masih Ngotot: Psikologis Siswa. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.
Gabung dalam percakapan